Hanya sebuah kulit

Tertawa, sedih kulalui bersama mereka.


Matahari berganti bulan dan bintang, malam berganti siang. Kududuk di tepi jalan setapak yang sempit. Dingin dan sesak yang kurasakan. Kulihat mereka sedang tertawa diujung jalan. Ingin rasanya kujalan menghampiri mereka. Jari jemariku mulai bergerak dan menghampiri mereka. Tapi apa yang kudapat? hanya tawa palsu dan aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Aku berusaha untuk tegar. Tapi apa yang kudapat? hanya ingatan sesaat. 


kuhanya bisa tersenyum pahit dan pergi menjauh. Merekapun tidak merasa aku pergi dari sana. Kulihat orang yang kusayang merasa senang berada disana, tanpa melihat kediriku yang hampa dan kedinginan. Haus untuk mendapatkan tawa bahagia yang tulus. Dia hanya melihatku dari luarnya saja. Setetes demi setetes air hangat membasahi pipiku. Aku hanya bisa menulis, untuk meluapkan rasa kesalku. 


Aku tau aku terlalu berlebihan, tapi aku punya perasaan. Semakin banyak aku mengenal orang, semakin sadar bahwa aku hanyalah sebuah bunga kecil yang selalu diinjak-injak atau bahkan tidak sadar bahwa aku berada di sana. Aku berusaha membaur dengan bunga-bunga besar tetapi seperti yang aku katakan, aku tidak diharapkan untuk datang.


Aku ada atau tiada, tak seorangpun senang ataupun sedih. Aku hanyalah hantu yang berusaha muncul diantara mereka. Hanya sebuah bunga yang ingin terlihat indah diantara sepantaran bunga. Hanya seorang manusia yang ingin mendapatkan sebuah pertemanan yang tulus.

Comments

Popular Posts